Reporter: M. Utbah Husnut Thoriq F
IMPARSIAL – Pada tanggal 12 April 2023 Pusat Studi Gender mengadakan panggung ekspresi dan Ngabuburit bareng PSG dengan tema “Hari Kartini dan Wacana Feminisme Hari ini” di Double Way Universitas Jember. Beberapa kegiatan yang akan ditunjukan adalah orasi dan pertunjukan seni oleh berbagai Unit Kesenian Mahasiswa di Universitas Jember. Acara dimulai pukul empat sore yang diawali oleh nyanyian – nyanyian dan dibuka oleh Prof. Drs. Slamin, M.Comp.Sc., selaku Wakil rektor I dan Dr. Linda Dwi Eriyanti, S.Sos., M.A. selaku Ketua Pusat Studi gender Universitas Jember.
Acara ini direncanakan satu bulan yang lalu sebagai ajang refleksi akan peringatan hari kartini. Syahrin, selaku ketua panitia menjelaskan bahwa Pusat Studi Gender Unversitas Jember mengambil keputusan untuk menyelenggarakan panggung ekspresi dimaksudkan untuk edukasi. Yang pertama adalah untuk internal PSG dan yang kedua untuk edukasi kepada publik. Melalui tema “Hari Kartini dan Wacana Feminisme Hari Ini” Pusat Studi Gender ingin memperingati hari kartini sebagai momen terbaik untuk mengangkat tema – tema tentang kekerasan seksual dan kesetaraan gender. Syahrin berpendapat bahwa, keberadaan feminis dalam kalangan mahasiswa adalah penting. Karena yang harus dipegang oleh mahasiswa adalah kontruksi atas pola pikir terhadap gender yang setara, meskipun dalam masyarakat beranggapan laki – laki dan perempuan sudah mendapat akses pendidikan yang sama namun pandangan itu terlalu sempit pada lingkup lingkaran kita saja. Karena di luar kalangan mahasiswa nyatanya masih banyak orang – orang terlebih perempuan yang tidak dapat memiliki akses untuk mencapai pendidikan yang lebih layak. Cara bergerak seorang feminis mahasiswa melalui kajian – kajian akademisnya.
Acara resmi dimulai sekitar pukul 16.30 ketika Bapak Wakil Rektor I Universitas Jember dan Bu Linda melakukan pembukaan acara. Menurut Prof Slamin selaku wakil Rektor I, Acara yang diselenggarakan oleh Pusat Studi Gender kali ini merupakan acara yang bagus untuk mengingatkan kita bagaimana perjuangan seorang Ibu Kartini. Laki – laki dan perempuan harus sama – sama mewujudkan apa yang dicita – citakan oleh IBu Kartini. Mengenang seorang Kartini tidak hanya pada bulan April, kita selalu mengingatkan kembali agar perjuangan seorang Kartini harus terus kita gaungkan.
Prof Slamin berpendapat bahwa, mindset bahwa wanita selalu tertindas dan merasa selalu harus dilindungi harus diubah karena pada faktanta banyak wanita yang mandiri dan bias berjuang atas dirinya sendiri. Sehingga pada topik ini dapat mengingatkan pada perempuan bahwa ia bisa mandiri dan ia bisa tidak tergantung pada laki – laki. Di Universitas Sendiri tetap preventif, sehingga kita menyiapkan juga Satgas PPKS agar mahasiswi merasa aman.
Menurut Dr. Linda Dwi Eriyanti, S.Sos., M.A, Tujuan diselenggarakan acara ini karena ingin memberikan referensi baru bahwa memperingati Kartini tidak harus berkebaya, tidak harus lomba masak ataupun lomba berhias. Kerana bukan pesan itu yang ingin digagas. Pesan yang ingin disampaikan Kartini adalah kebebasan dan kesetaraan mengangkat derajat perempuan sama seperti laki – laki sebagai manusia seutuhnya. Pada kenyataannya memang perempuan banyak berpartisipasi dalam bidang pendidikan namun, kesetaraan itu tidak terjamin. Banyak pendidikan yang justru hegemonic terhadap permpuan, mengajarkan permpuan untuk tunduk, berada di ruang domestik.
Kartini itu ironis, seorang pejuang perempuan meninggal karena menjalankan fungsi reproduksinya yaitu preeklamsia yang merupakan salah satu komplikasi kehamilan. Yang jadi ironis adalah saat ini angka kematian ibu di Indonesia masih Sangat tinggi di Indonesia.
Komentar
Posting Komentar