Pemilihan umum raya Universitas Jember tahun 2020 yang semula akan dilaksanakan tanggal 10 Desember dinyatakan ditunda. Hal ini diungkapkan Komisi Pemilihan Umum Raya (KPUM) UNEJ pada 9 Desember melalui konferensi pers di sekretariat KPUM. Kemudian, hal ini menimbulkan sejumlah reaksi kekecewaan dari publik UNEJ, diantaranya pemasangan banner di double way UNEJ yang berisi ketidakpercayaan publik terhadap KPUM, BEM, serta BPM. Publik menilai tiga lembaga tersebut telah gagal dan kehilangan independensi.
Peristiwa itu juga sempat membawa dampak kepada tim pemenangan paslon 02 Agung-Cendi. Mereka mendapatkan intimidasi dan hampir diserang oleh ketua BPM UNEJ. Ini terjadi ketika Yudha, anggota tim pemenangan Agung-Cendi hendak melihat banner tersebut pada Kamis 10 Desember pukul 18.30. “kami baru pulang dari acara Puskapsi FH UNEJ di hotel Valonia. Saat kami lewat double way dan ingin melihat banner tersebut, tiba-tiba kami diteriaki dan hampir dipukul oleh Sastra ketua BPM. Kami merasa diintimidasi”, ungkap Yudha.
Setelah suasana ribut di double way UNEJ tersebut, salah satu pelanggan ruko berusaha memediasi dan memberikan tempat untuk mereka berembuk. “kami lagi nongkrong, tiba-tiba ada suara ribut didepan. Yasudah kami inisiatif menghampiri dan memberikan tempat supaya bisa bicara baik-baik.” ungkap zulfikar salah satu pelanggan ruko.
Pasca berembuk, Yudha menyayangkan tindakan intimidasi itu. “dia kan ketua lembaga BPM yang punya marwah. Kalau tindakannya seperti itu, sungguh tidak pantas. Kami menyangkan itu”. Selain itu, yudha mengharapkan bahwa di momen pemira UNEJ ini, semua pihak harus berpolitik dengan sehat sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi. “ya tentu kami harap pemira ini bisa demokratis dan tanpa tindakan intimidasi, apalagi sampai menggunakan kekerasan. Kita sudah menguras tenaga untuk pemenangan Agung-Cendi, masa harus diintimidasi juga. Kita sama-sama dewasa lah, katanya mahasiswa intelektual”, tutup yudha.
Komentar
Posting Komentar